Dialektika Rasa #5
"Pikiran V. Pikiran"
seseorang yang manis.
Entah apa definisi cantik dan manis bila itu di nisbatkan kepada sosok wanita.
apakah lengdsung pipit, warna kulit, mata sipit, atau berduit.
kalo kata bram dalam novelnya sih bilang;
cantik itu, berkulit putih dan dengan tubuh, dimana daging yang terletak tepat pada tempatnya.
entahlah. yang jelas sejak masa bergaul pun setiap pikiran membentuk definisi kata cantik dan manis dalam otaknya, yang mungkin akan sulit di terjemahkan oleh bahasa manusia. karna ia menggunakan bahasa rasa.
Rasa mana yang dapat dienskripkan.
semua orang pada dasarnya bebas
meski wujudnya di kekang oleh norma dan aturan, bahkan untuk suatu aturan syariat.
sedang fikiranya lah yang bebas tanpa ada yang dapat mengetahui passti apa yang sedang di ungkapkan dalam fikir tersebut. Kecuali Tuhan.
Karena kebebasan tersebut, manusia seakan terbaea pada skeptisme dirinya sendiri. antara memperjuankan kebebasan dalam fikiranya dengan melawan aturan Tuhan. atau setia kepada Tuhan-nya.
Tak berbeda untuk urusan Naksir.
Terkadang fikiran mulai membela diri atas kemauanya dengan Dealektika yang diajukan kepada fikiran itu sendiri, dan kemudian ia mengalahkan argumenya sendiri. Bila memang mempertahankan kebebasan fikiran tersebut.
misalkan saja ketika seseorang melihat wanita yang cantik dan manis dengan bola mata yang indah dan lengsung pipit yang menarik.
Mungkin fikiran mulai berkata "Aku jatuh Cinta" namun gagasan yang lain berkata "Jangan dekati Dia" berdasar pengetahuan syariatnya dalam kepatuhan terhadap Tuhan. Di waktu yang sama fikiran yang menginginkan kebebasan berkata " Tapi Aku Jatuh Cinta, Aku akan menjaga agar tidak kelewatan, tidak akan kedekatanku membawa pada hukuman diluar aturan Tuhan" maka dimenangkanlah fikiran yang menginginkan kebebasan tersebut.
Begitulah fikiran bertrung dalam kepala seseorang.
Dulu mungkin sempat berfikir Dongeng itu hanyalah cerita sampah penghantar tidur. Namun nyatanya Hidup inilah Dongeng.
ada sisi baik dan buruk, ada kepatuhan dan ada pemberontakan.
Hidup inilah dongeng itu.
Dan peperangan dalam hidup ialah peperangan yang sesungguhnya, ialah peperangan antara Hati dan fikiran.
Sempat bertanya mana yang harus dibela?
apakah sampai pada surga nanti hati dan fikiran akan terus berperang melawan aturan Tuhan.
Bukan kah diurga hanyalah tempat untuk orang-orang yang patuh dan taat?
Namun bukan kah di Surga pun ada 7 Tingkat yang berbeda tingkat kepatuhanya?
Tentunya tiada tempat disurga untuk orang yang masih memberontak dalam fiiranya.
Lalu sudah kah kita tak memberontak akan aturan -aturan yang Tuhan buat uutk kita?
Hos
Baca juga :
Artikel terkait :
Dialektika Rasa # 2
Dialektika Rasa #3
Dialektika Rasa #4
Dialektika Rasa #5
Dialektika Rasa #6
Dialektika Rasa #7
Dialektika Rasa #8
Dialektika Rasa #9
meski wujudnya di kekang oleh norma dan aturan, bahkan untuk suatu aturan syariat.
sedang fikiranya lah yang bebas tanpa ada yang dapat mengetahui passti apa yang sedang di ungkapkan dalam fikir tersebut. Kecuali Tuhan.
Karena kebebasan tersebut, manusia seakan terbaea pada skeptisme dirinya sendiri. antara memperjuankan kebebasan dalam fikiranya dengan melawan aturan Tuhan. atau setia kepada Tuhan-nya.
Tak berbeda untuk urusan Naksir.
Terkadang fikiran mulai membela diri atas kemauanya dengan Dealektika yang diajukan kepada fikiran itu sendiri, dan kemudian ia mengalahkan argumenya sendiri. Bila memang mempertahankan kebebasan fikiran tersebut.
misalkan saja ketika seseorang melihat wanita yang cantik dan manis dengan bola mata yang indah dan lengsung pipit yang menarik.
Mungkin fikiran mulai berkata "Aku jatuh Cinta" namun gagasan yang lain berkata "Jangan dekati Dia" berdasar pengetahuan syariatnya dalam kepatuhan terhadap Tuhan. Di waktu yang sama fikiran yang menginginkan kebebasan berkata " Tapi Aku Jatuh Cinta, Aku akan menjaga agar tidak kelewatan, tidak akan kedekatanku membawa pada hukuman diluar aturan Tuhan" maka dimenangkanlah fikiran yang menginginkan kebebasan tersebut.
Begitulah fikiran bertrung dalam kepala seseorang.
Dulu mungkin sempat berfikir Dongeng itu hanyalah cerita sampah penghantar tidur. Namun nyatanya Hidup inilah Dongeng.
ada sisi baik dan buruk, ada kepatuhan dan ada pemberontakan.
Hidup inilah dongeng itu.
Dan peperangan dalam hidup ialah peperangan yang sesungguhnya, ialah peperangan antara Hati dan fikiran.
Sempat bertanya mana yang harus dibela?
apakah sampai pada surga nanti hati dan fikiran akan terus berperang melawan aturan Tuhan.
Bukan kah diurga hanyalah tempat untuk orang-orang yang patuh dan taat?
Namun bukan kah di Surga pun ada 7 Tingkat yang berbeda tingkat kepatuhanya?
Tentunya tiada tempat disurga untuk orang yang masih memberontak dalam fiiranya.
Lalu sudah kah kita tak memberontak akan aturan -aturan yang Tuhan buat uutk kita?
Hos
Baca juga :
Artikel terkait :
Dialektika Rasa # 2
Dialektika Rasa #3
Dialektika Rasa #4
Dialektika Rasa #5
Dialektika Rasa #6
Dialektika Rasa #7
Dialektika Rasa #8
Dialektika Rasa #9
0 komentar:
Post a Comment
Ayo berpendapat , kasih kritik dan sarannya dong?!